Sinopsis:
Jody kini sudah beranjak kuliah. Dirinya menjadi playboy dikalangan
warga kampus dan menjadi panutan bagi tiga perjaka kampus, yakni Fredo,
Hakim, dan Menfo. Ketiganya selalu mencoba mengikuti gaya-gaya Jody
dalam menjalankan kehidupan cintanya, tetapi kurang berhasil. Selesai
sebuah kuliah, Jody mendapat telepon dari Ibunya yang berkata bahwa ayah
Jody terjerat kasus korupsi. Hal itu membuat Jody tidak mempunyai aset
dan terpaksa mengekos di rumah kos kecil dekat kampus. Sohibnya Dika dan
Rama di film pertama sudah bahagia. Dika masih marah dengan Jody yang
merebut pacarnya, sedangkan Rama dan Isa akan menikah dan pindah ke
Australia. Namun keduanya memberikan “sumbangan terakhir” bagi Jody.
Ketika Jody menaiki angkot, ia sadar bahwa sopir angkotnya adalah
Kang Sono. Kang Sono terpaksa menyambung hidup sebagai sopir angkot
setelah Desa Sukasararean digrebek karena usaha kawin kontrak yang
dijalankan. Dan sebuah telepon dari Teh Euis, berkata bahwa Jody harus
ke Desa Pakelonan untuk menemaninya. Kang Sono pergi kesana terlebih
dahulu, ia mengutarakan maksud kawin kontrak kepada pimpinan Yayasan
Penyalur Wanita Pesona Singagaung, Maung, yang menerapkan sistem militer
kepada seluruh wanita yang ada dibawahnya. Setelah terjadi kesepakatan,
Jody, Fredo, Hakim, dan Merfo pergi ke Desa Pekalonan untuk kawin
kontrak.
Disana, rupanya beragam wanita disajikan. Fredo memilih Viva, seorang
gadis penari. Hakim memilih Kokom, seorang gadis cermat. Dan Menfo
memilih Sassi, seorang perawan. Malam dihabiskan Fredo dan Hakim dengan
mendapat pemerasan karena selalu ditagih uang. Sementara Menfo yang
mengidap ejakulasi dini, diberikan waktu oleh Sassi untuk
memperbaikinya. Apabila para pria tidak mampu membayar, maka mereka akan
diberikan Barandot, sebuah makhluk buas yang disimpan dibawah tanah
dengan makanan manusia, Barandot adalah peliharaan Maung. Fredo dan
Hakim akhirnya pergi duluan meninggalkan Desa karena tidak tahan.
Sementara Menfo menyukai Sassi yang ternyata telah dijual oleh
orangtuanya demi melunasi pinjaman orangtuanya kepada Maung.
Situasi menjadi pelik kala Sassi kabur dan bersembunyi di rumah Teh
Euis yang tengah hamil. Teh Euis kini hidup menjadi seorang pengurus
salon dengan “pelunas ngidam”nya, yaitu si Jody. Sassipun akhirnya
ditangkap untuk dijadikan wanita yang akan dikirim menjadi pelacur di
Jakarta. Sementara Kang Sono yang dianggap memberi bisnis baru bagi
yayasan Maung, diberikan jabatan sebagai pemasok para wanita ke Jakarta
yang sebelumnya dipegang oleh Fachri, penjahat yang menyengsarakan Desa
Sukasararean. Karena kurang berkutik, Kang Sonopun menerimanya. Pada
hari dikirimkannya para wanita ke Jakarta yang dikontrol oleh Sus
Miranda, Teh Euis, Kang Sono, Jody, dan pacar Jody yang datang, Giselle,
membantu membebaskan para wanita itu. Berkat trik hamil Teh Euis, Kang
Sono, Jody, dan Giselle berhasil masuk. Giselle dan Jody pergi ke para
penyiap baju seragam dan menghajar mereka, lalu memasukkan ulat bulu.
Sementara Kang Sono pergi mencari Sassi dan Menfo yang ikut ditahan
bersama Sassi karena dianggap membantu kaburnya Sassi.
Kemudian, di saat serah-terima kloter wanita oleh Maung, semua wanita
gatal karena ulat bulu dan berlarian. Jeng Miranda menganggap kloter
itu gagal, tapi masih menyimpan Sassi. Sassi, Menfo, Kang Sono, Giselle
dan Jody yang ingin kabur tertangkap oleh anak buah Maung. Kecuali
Sassi, yang lain akan dikorbankan satu-persatu ke Barandot. Lalu, Teh
Euis datang dengan membawa keris kecil yang diterimanya dari seorang
nenek yang ternyata memberikan kekuatan, menghancurkan seluruh anak buah
Maung dan Maung dalam sekejap. Saat itu seluruh polisi yang menyamar
sebagai warga mengungkapkan jati diri dan menyergap Maung dan rombongan.
Film diakhiri dengan Hakim yang kembali dari kota dan Menfo yang
keluar dari lubang Barandot dan berhasil membunuhnya.Lalu Teh Euis
melahirkan dan mengatakan bahwa anak dia adalah anak Kang Sono dan Jody,
tapi kenyataannya anak Teh Euis kembar dan keduanya mirip dengan Abuba,
yang padahal dikatakan oleh Teh Euis telah dikebiri.
Download: